EGG INSIDE EGG... |
Ingatkah sayang kita pernah saling memimpikan?
Berlari-lari ‘tuk wujudkan kenyataan
Lewati, segala keterasingan
Lalui jalan sempit yang tak pernah bertuan
Ingatkah sayang kita pernah berpeluh cacian
Gerayangi dan geliati kesepian
Walaupun, sejenak lepas dari beban
‘Tuk lewati ruang gelap yang teramat dalam
Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan
Memaksa kita, memendam kepedihan
Tapi kita juga pernah duduk bermahkota
Pucuk-pucuk mimpi yang berubah jadi nyata
Dicumbui, harumnya putik-putik bunga
Putik Impian yang membawa kita lupa
Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan
Memaksa kita, memendam kepedihan…merubah jadi tawa,..
Hidup ini mengalir saja seperti sifat air. Apa adanya. Keikhlasan dalam bekerja, berbuat dan menjalankan setiap amanah yang diberikan. Bekerja adalah ibadah. Bila kita ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan, maka Tuhan akan menjaga rezeki kita. Ikhlas akan memberikan kekuatan yang sangat besar.
“Akiu sangat yakin bahwa jika kita ikhlas, Tuhan akan menjaga rezeki kita. Semakin kita ikhlas, semakin besar kekuatan yang datang pada kita. Kalau kita meyakininya, Insya Allah, hidup kita akan dijaga-Nya,”
Hanya saja, keikhlasan itu bisa dicapai bila kita tidak mempunyai pamrih. Sekali melaksanakan tugas dengan motivasi pamrih maka itu artinya tidak ikhlas menerima amanah yang diberikan. Sebab, mengedepankan pamrih sama artinya menghitung untung-rugi. Work hard is not enough, work smart is much better. Begitu statemen yang sering dilontarkan untuk memotivasi orang meningkatkan produktifitas. Atasan saya menambahkan satu unsur lagi yaitu “bekerja ikhlas“, untuk melengkapi bekerja keras dan bekerja cerdas.
Bekerja ikhlas kadang-kadang memang tidak menjamin menaikkan input/output. Tapi sebagai proses, bekerja ikhlas memberikan nilai tersendiri. Dengan bekerja secara ikhlas, maka ada nilai satisfaction tertentu yang diperoleh, yang tidak hanya sekedar input/output. Ketika pekerjaan selesai, disertai dengan rasa ikhlas dalam melakukannya, maka ada kepuasan yang tidak serta merta berkaitan langsung dengan output yang diperoleh.
Bekerja tidak ikhlas, bisa menjadikan orang bermuka cemberut menyelesaikan tugas. Pekerjaan memang selesai, output ada, dan target bisa diperoleh. Tapi keberhasilan yang diperoleh bila bekerja tidak ikhlas, bisa membawa rasa jengkel dan capek.
Orang yang menyelesaikan pekerjaan dengan rasa ikhlas, mempunyai aura tubuh yang menggembirakan. Senyum yang cerah dan riang menyertai orang yang bekerja ikhlas. Sebaliknya orang yang bekerja tidak ikhlas, akan tetap merasa tertekan, dan tidak puas, meski target dan input/output kegiatannya terpenuhi.
Untuk bekerja secara ikhlas, memerlukan suasana kebatinan yang legowo. Seseorang yang kebatinan legowo bisa menerima keberhasilan dan ketidak berhasilan. Selalu siap menerima kenyataan bahwa output kerjanya lebih banyak dinikmati orang lain daripada untuk diri sendiri. Meski sudah kerja keras, dan kerja keras, outputnya ternyata adalah untuk pihak lain.
Di era kompetisi kerja yang sangat keras dan ketat, bekerja ikhlas, menjadi suatu tantangan yang berat. Tidak mudah untuk menerima kenyataan dimana seorang yang berhasil “menang”, kompetisi dalam bekerja, ternyata outputnya lebih banyak untuk orang lain. Dengan bekerja ikhlas, tantangan yang berat itu menjadi suatu “kenikmatan” yang sulit diukur dengan kata-kata.
"Tidak ada manusia di dunia ini yang SUKSES berkarya, kecuali orang-orang yang selalu bekerja keras, bekeja cerdas, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas. Bilamana itu dilakukan, maka Hidup akan Sejahtera, serta jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. 99% yang kita lakukan adalah Doa dan Ikhtiar, dan 1% saja adalah Takdir."
Akiupun masih belum bisa mewujudkannya dengan baik, masih jauh dari sempurna. Akiu masih harus berusaha keras untuk slalu bekerja keras, bekeja cerdas, bekerja ikhlas, bekerja tuntas dan bersyukur,..semua itu sangat mempengaruhi pandangan kiu pada semua hal dan membuatkiu untuk tetap becermin diri. Merefleksi kembali apa yang telah akiu lakukan untuk dirikiu, orang lain, pekerjaan, dan yang terutama untuk Sang Khalik.
Dulu, ketika pertama kali bekerja, sangat sulit untuk belajar menyukai pekerjaan..Dulu sering kali akiu tenggelam dalam berbagai situasi yang labil. Akiupun bisa mendadak sangat semangat bekerja, tapi tiba-tiba bisa kehilangan minat untuk bekerja dan kadang kesal terhadap patner / teman sepekerjaankiu yang ongkang ongkang kaki padahal akiu kepayahan untuk menyelesaikan tugaskiu. Mengapa? Tidak perlu mencari pembenaran untuk pertanyaan ini. akiu akan mencoba merefleksikan apa yang terjadi. Akiu berpikir, kenapa akiu seperti itu,..? Ternyata itu semua karena:
1. Akiu harus belajar untuk sepenuhnya mencintai pekerjaankiu, apapun itu...Akiu juga harus belajar untuk menggali ilmu sebanyak mungkin dari pekerjaan yang kiulakukan dan harus kulakukan dengan sepenuh hati serta Ikhlas..
2. Akiu harus memberi cinta tulus dan menghargai semua orang, yaitu teman, partner, atasan, dan orang-orang di lingkungan di perusahaan dimana akiu bekerja, tanpa mementingkan mana orang yang menyukaiku dan yang tidak menyukaiku. Akiu juga harus menghargai teman, partner, atasan, dan orang-orang di lingkungan Pekerjaankiu.
3. Akiu harus belajar untuk bekerja cerdas. Dulu, mungkin bisa dihitung kapan akiu bisa bekerja cerdas dan ikhlas. Jika akiu sudah bekerja cerdas dan ikhlas mungkin akiu tidak akan mengeluh ketika mendapatkan beban dalam bekerja, mungkin akiu tidak akan mempertanyakan gaji dan tunjangan lainnya, mungkin akiu tidak akan mengeluhkan gesekan dengan partner, mungkin akiu tidak akan mempermasalahkan berbagai hambatan perkembangan, atau mungkin akiu tidak akan menderita penyakit psikosomatis karena stres. dengan bekerja ikhlas dan cerdas yakin semua beban itu akan hilang.
4. Akiu harus lebih mengutamakan "memberi" bukan "menerima". Apa yang sudah akiu berikan dan lakukan untuk pekerjaankiu dan orang orang disekelilingkiu. Kontribusi apa yang sudah kiu berikan untuk Perusahaan,dll.
5. Dan yang paling penting dari semuanya adalah Doa dan Ikhtiar.
Keberhasilan mengembangkan Batam sebagai daerah industri, perdagangan, galangan kapal dan pariwisata sejak dikeluarkannya Keppres No 41 tahun 1973 dan Keppres No 05 tahun 1983 tidak bisa disangkal lagi oleh siapapun juga. Batam yang sebelumnya daerah kecil yang hanya dihuni oleh sekitar 6.000 jiwa, kini tampil sebagai daerah industri bertaraf Internasional dengan 460 Penanaman Modal Asing (PMA) dan tidak kurang dari 1.440 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai investasi mencapai 6,8 milliar dolar AS. Tidak salah, jika Pemerintah Pusat menjadikan Batam sebagai lokomotif perekonomian nasional yang kini sedang melakukan pemulihan ekonomi (recovery)..
Dengan menyediakan lahan yang siap disewa sekitar 6.700 hektare, dengan garis tepi pantai sepanjang 18 kilometer, Batam menjadi tempat yang cukup representatif dalam mengembangkan industri galangan kapal. Belum lagi variasi kedalaman pantai yang mencapai 6 sampai 18 meter. Tak salah jika pihak Otorita Batam berharap wilayahnya menjadi surga industri galangan kapal. Harapan itu sah-sah saja, mengingat Batam memiliki banyak keunggulan. Wilayahnya yang berstatus free trade zones memungkinkan pengusaha kapal di wilayah ini mendapat kemudahan pajak. Kondisi ini tentu sangat menguntungkan. Apalagi, hampir 70% bahan pembuatan kapal masih diimpor dari Jepang dan Eropa lewat Singapura. Jarak yang cukup dekat antara Batam dan Singapura pun menjadi faktor pendukung lain dalam hal pengadaan barang untuk industri ini. Bila memesan Bahan,satu hari sudah sampai. Praktis, proses pengerjaan kapal tak terhambat pasokan bahan. Tak hanya itu, sewa lahan yang relatif masih murah dibandingkan dengan wilayah lain untuk industri galangan kapal membuat Batam makin dilirik investor. Bayangkan saja, ketika Jakarta dan Surabaya --dua wilayah lain yang juga dikenal sebagai basis industri galangan kapal-- mematok harga sewa di atas Rp 100.000 per meter per tahun, Batam jauh lebih murah. Di Batam, paling sekitar Rp 20.000. Belum lagi jika dibandingkan dengan harga sewa negara tetangga, Singapura. Menurut Bapak Mustofa Wijaya Ketua Badan Pengembangan Otorita Batam, Sewa tanah di Singapura jauh lebih mahal. Apalagi, Singapura membatasi perusahaan galangan kapal, lantaran industri itu membutuhkan areal yang luas. Tak mengherankan jika industri galangan kapal di Batam, makin mencorong. Dua tahun terakhir ini perkembangannya cukup pesat. Ini terlihat dari banyaknya investor yang tertarik menanamkan modal di industri galangan kapal.
Batam masih menjadi Incaran Investor Perkapalan Dunia karena lokasi yang strategis dan sumber daya manusia yang terampil. Sehingga membuat sektor usaha perbaikan kapal (dok shipyard) berkembang pesat hingga mencapai 70 perusahaan galangan kapal. Dengan jumlah ini, Batam menjadi kota terbesar dalam dunia perkapalan di Indonesia. Batam bahkan sudah direncanakan menjadi lokasi strategis industri perkapalan di Indonesia dan diperkirakan akan Ada 160 hingga 170 perkapalan di Indonesia dan 70 perusahaanya ada di Batam.
Berlanjutnya penguatan ekspor mendorong kinerja investasi pada triwulan I-2010, tumbuh meningkat. Komponen Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 21,9% (y-oy), sedangkan di triwulan sebelumnya mengalami peningkatan 19,6%. Kegiatan investasi diproyeksi akan semakin tumbuh sebagaimana terkonfirmasi dari tren pertumbuhan impor
Berdasarkan jenis industrinya, investasi di triwulan berjalan sebagian besar dilakukan oleh industri galangan kapal (shipyard) baik untuk jasa pembuatan maupun perbaikan kapal, serta industri elektronik dllnya, mulai memperlihatkan optimisme meskipun belum kembali pada level pertumbuhan sebelum krisis.
Pada pertengahan Januari 2010 Drydocks World (DDW) Batam me-lounching Jack Up Drilling Rigs L-205 Haven senilai US$ 200 juta yang rencananya akan dikirim ke Norwegia pada bulan Mei 2010. Rig ini merupakan Rig ke-5 dari enam proyek pembangunan Rig yang saat ini sedang dikerjakan oleh Drydocks World Batam. Sejak awal 2009, perusahaan memiliki 6 proyek besar pembuatan Jack-Up Rig yang memakan waktu sekitar 24 – 30 bulan dan menelan investasi sekitar US$150-US$200 juta untuk masing-masing Rig. Adapun 4 Rig sebelumnya telah diselesaikan di tahun 2009 yang dipesan oleh UMW Standard Drilling untuk dioperasikan pada proyek-proyek Petronas di Malaysia. Sementara 2 rig terakhir adalah pesanan Conoco Phillips Skandinavia AS untuk aktivitas pengeboran di sumur milik Master Marine ASA – Norwegia, yang rencananya akan dikirim pada bulan Mei dan September 2010. Drydocks World Dubai telah berinvestasi di Batam sejak tahun 2008 dengan membeli 3 perusahaan galangan kapal/shipyard di Batam milik Labroy Marine Limited–Singapore melalui Drydocks World-SE Asia. Ketiga perusahaan shipyard dimaksud adalah Pan United (berubah menjadi Drydocks World Pertama), Naninda Mutiara Shipyard (menjadi Drydocks World Naninda), dan Graha Trisaka (menjadi Drydocks World Graha). Dengan demikian DryDocks World (group) menjadi perusahaan galangan kapal terbesar di Batam yang mempekerjakan sekitar 25.000 karyawan. Investasi di industri galangan kapal juga rencananya dilakukan oleh Singa Tec, yakni sebuah perusahaan Shipyard asal Singapura yang berlokasi di Bintan Industrial Estate, Lobam (Bintan). Nilai investasi di triwulan I-2010 diperkirakan sebesar US$ 500 ribu untuk melakukan ship cleaning (pembersihan kapal). Investasi Singa Tec dalam rangka perluasan usaha direncanakan mencapai US$ 5 juta di tahun 2010 (Sinar Harapan, Feb.2010). Selain itu TNIAL telah melakukan pemesanan pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR-40) kepada PT. Palindo Marine Shipyard Batam dengan nilai proyek sebesar Rp 60 milyar. Sampai dengan 2014, jumlah kapal yang akan dipesan TNI-AL mencapai 22 unit dengan pemesanan tiap tahunnya direncanakan 4-5 unit (Kompas, Januari 2010).
Animo investor asing untuk menanamkan modalnya pada industri pembuatan/ perbaikan kapal di Batam ke depannya masih cukup tinggi. Dari 20 proyek rencana investasi senilai US$ 16,89 juta yang disetujui selama triwulan I-2010, 3 proyek diantaranya di bidang pembuatan/perbaikan kapal (BP Kawasan FTZ-Batam, April 2010). Adapun di tahun 2009, rencana investasi di sektor ini sebanyak 8 proyek dari 82 proyek PMA yang disetujui. Di
samping itu, minat investasi asing di bidang perdagangan, hotel dan restoran juga semakin tumbuh. Pada triwulan I-2010 saja telah disetujui 7 proyek rencana investasi di sektor ini, sementara selama tahun 2009 disetujui sebanyak 19 proyek. Aplikasi proyek-proyek PMA tersebut masih didominasi oleh investor Singapura, diikuti negara Malaysia, Taiwan, Australia, Norwegia, Korea Selatan dan Belanda. DryDocks World (DDW) Batam (DDW Pertama, DDW Naninda dan DDW Graha) sebagai perusahaan galangan kapal terbesar di Batam dengan jumlah pekerja mencapai 25.000 orang, telah me-lounching penyelesaian proyek Jack Up Drilling Rigs L-205 Haven pada pertengahan Januari 2010. Rig tersebut rencananya akan dikirim ke Norwegia pada bulan Mei 2010. Rig ini merupakan Rig ke-5 dari 6 proyek pembangunan Rig yang saat ini sedang dikerjakan oleh Drydocks World Batam sejak awal 2009. Setiap proyek pembuatan Jack-Up Rig memakan waktu sekitar 24 – 30 bulan dengan nilai investasi masing-masing sekitar US$150-US$200. Di samping itu, Selain itu TNI-AL juga telah memesan pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR-40) kepada PT. Palindo Marine Shipyard Batam dengan nilai proyek sebesar Rp 60
milyar. Sampai dengan 2014, jumlah kapal yang akan dipesan TNI-AL mencapai 22 unit dengan pemesanan tiap tahunnya direncanakan 4-5 unit (Kompas, Januari 2010). Namun demikian, pemulihan industri galangan kapal Batam diperkirakan belum merata. Perusahaan shipyard skala menengah masih mengalami kesulitan akibat turunnya permintaan kapal dari dalam negeri, dan lebih memilih membeli kapal bekas impor yang lebih murah. Untuk itu, peran perbankan Nasional seharusnya lebih dioptimalkan untuk memberikan pembiayaan kepada sektor ini.
Sebagai negara maritim, Indonesia memang masih memiliki banyak problem disektor industri perkapalan. Mulai rendahnya kualitas industri kapal nasional, seringnya kecelakaan kapal di laut bahkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap optimalisasi sektor maritim. Problem seperti inilah yang menyebabkan negara kita belum bangkit dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Kapal sebagai sarana atau alat transportasi, pertambangan, perikanan, pariwisata, maupun sebagai alat utama sistem pertahanan (Alutsista), merupakan komoditi yang penting dan vital sehingga kapal dapat juga dikategorikan sebagai bagian dari infrastruktur pembangunan nasional, dan industri perkapalan atau galangan kapal merupakan salah satu industri strategis dan industri masa depan yang penting untuk ditumbuh-kembangkan.
Lagi-lagi, beberapa problem memang menghambat laju perkembangan industri kapal nasional kita. Mulai dari keuangan yang bergantung pada perbankan, kebijakan pemerintah, perpajakan (PPN), komponen yang masih impor dan masih banyak lagi problem lainnya. Padahal, saat ini, Indonesia berfasilitaskan 240 perusahaan kapal, 160 building berth dan building dock, dan 210 floating dock. Tentunya kondisi ini harus dioptimalkan secara baik. Kebijakan pemerintah untuk tidak menganaktirikan sektor perkapalan sangat diharapkan. Sebab, industri galangan kapal merupakan salah satu industri strategis dan industri masa depan yang penting untuk dikembangkan sebagai penyedia sarana transportasi dan sarana kerja pertambangan, perikanan, pariwisata serta penyedia alat utama sistem pertahanan.
Strategis
Menurut Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, Industri perkapalan saat ini mulai memasuki zaman keemasan. Tingginya permintaan dari pasar lokal maupun global, membuat kinerja industri perkapalan nasional menunjukkan peningkatan. Bahkan hingga 2009, demand kapal diperkirakan meningkat 44 persen dibandingkan 2004. Sementara itu, kinerja galangan kapal Indonesia dalam dua tahun belakangan ini 2006-2007 menunjukkan perkembangan yang cukup membanggakan. Jurnal World Shipbuilding Statistics, edisi Juni 2007 (terbitan Fairplay.Ltd) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara pembangun kapal dari 22 negara jajaran dunia. Walau masih dalam urutan ke-21 dari 22 negara, prestasi ini dapat dijadikan momentum untuk terus memperkuat industri galangan kapal nasional yang hampir tanpa bantuan sama sekali dari pemerintah sejak diberlakukannya Inpres 5 tahun 2005 oleh pemerintah.
Industri pelayaran nasional kini tengah diincar oleh berbagai perusahaan galangan asing yang saat ini telah mengalami full book (kelebihan order). Saat ini, industri kapal Indonesia mulai diperhitungkan di kawasan Asean. Kemudian Sejak diberlakukannya peraturan baru keamanan pelayaran safety of life at sea (SOLAS), pangsa pasar kapal dunia menjadi kian besar. Untuk diketahui, SOLAS adalah peraturan yang dikeluarkan International Maritime Organization (IMO) yang menetapkan agar kapal tanker menggunakan konstruksi lambung ganda (double hull) maupun regulasi Common Structural Rules (CSR) dari International of Classification Societies (IACS).
Sementara itu, pemerintah menitikberatkan pembangunan galangan kapal di empat kluster yakni Karimun, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Selain daerah ini, Dubai Docks World memproses pembangunan galangan kapal senilai US$ 500 juta di Batam. Ini adalah kesempatan emas bagi para pelaku maritim di negeri ini untuk terus memperkuat industri perkapalan.
Tak kalah penting, kuatnya industri perkapalan di Indonesia secara otomatis akan mempengaruhi berkembangnya industri penunjang kapal dan industri lainnya. Saat ini hampir 60 persen komponen kapal masih harus diimpor. Sisanya 40% menggunakan produk lokal. Contoh, industri nasional kita hanya mampu menyediakan sebagian komponen konstruksi (plat), sistem Penggerak (poros) dan porsi kecil dari interior desain kapal. Alhasil, industri galangan kapal nasional tidak banyak memberikan nilai tambah yang real. Anehnya, komponen grendel pintu dan jendela saja pun harus kita impor saat ini dari Taiwan, Cina dan Korea Selatan. Nah, mau tidak mau kita harus meningkatkan kekuatan industri penunjang kapal “lokal” agar perekonomian dalam negeri ini semakin kokoh. Maka, kita perlu belajar dari negara-negara lain yang lebih dulu maju dibandingkan Indonesia. Negara itu bangkit karena mereka memiliki keungulan-keungulan. Kita lihat Republik Rakyat Tiongkok, ternyata dengan kemajuan teknologi, kondisi nasionalnya stabil dan kemudian ada kapital yang mengalir ke China karena peluang yang tersedia di negara itu.
Kemudian, negara dianggap memiliki daya saing yang tinggi karena ada tiga pilar utama. Pertama, makro ekonomi yang baik. Kedua, public institution, dan ketiga adalah teknologi. Ketiganya harus benar-benar dioptimalkan agar daya saing bangsa ini semakin membanggakan. Dengan demikian, semua pihak, baik pelaku maritim, pemerintah, industri, akademisi dam masyarakat luas harus bekerjasama dalam mewujudkan perkembangan industri perkapalan. Bagaimanapun, sektor perkapalan merupakan penopang kuat perekonomian di negeri Indonesia tercinta ini. (penulis: innovi.dkb sources : M.Badrus Staf Pengajar ITS, koran Kompas, Batam Pos, Tribun, Kajian regional Kepri, kontan, Suarakarya, Kadin Batam, dll)
JAKARTA. Penerapan asas cabotage yang mewajibkan penggunaan kapal berbendera Indonesia di perairan dalam negeri mulai tahun ini bakalan mendongkrak pemesanan industri kapal dalam negeri. Maklum, selama ini tingkat utilisasi industri galangan kapal masih cukup rendah.
Menurut data yang dirilis oleh Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Perlindo), dari total kapasitas terpasang industri galangan kapal baru sekitar 500.000 dead weigth ton (DWT), utilisasinya saat ini baru sekitar 30% - 40%. "Harapannya, dengan kenaikan order dalam negeri bisa menaikkan utilisasi industri galangan kapal baru menjadi sekitar 60%," kata Sekretaris Jenderal Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Perlindo) Wing Wiryawan, Rabu (17/3). Direktur Industri Maritim Ditjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Kementerian Perindustrian Soerjono juga sependapat dengan Wiryawan. Menurut Soerjono, peningkatan order pembuatan kapal dari perusahaan dalam negeri akan memperbesar utilisasi industri galangan kapal yang ada sekarang.
Salah satu perusahaan yang memesan kapal ke galangan dalam negeri adalah Pertamina yang telah memesan 11 kapal baru. Oktober 2009 lalu, Pertamina memesan dua kapal tanker berkapasitas 3.500 DWT senilai US$ 24 juta kepada PT Data Radar Utama. "Harga kapal tanker dengan kasapsitas 3.500 DWT ini sekitar US$ 11 juta - US$ 12 juta per unit," ungkap Soerjono.
Tahun ini, kemungkinan besar Pertamina juga akan menambah pesanan kapal dengan kapasitas 6.500 DWT dan 17.500 DWT. Sayangnya, ia enggan memerinci order kapal tersebut. Selain pesanankapal baru, membaiknya industri galangan kapal lokal juga ditopang oleh industri perbaikan kapal. "Sebab, meski masih banyak kapal yang dibeli dari luar negeri, tapi perbaikannya pasti dilakukan di dalam negeri," kata Wiryawan.
Wiryawan malah membeberkan, untuk perbaikankapal, dari total kapasitas terpasang 9.500.000 DWT per tahun, saat ini utilisasinya sudah sekitar 95%. Dalam catatannya, saat ini setidaknya terdapat sekitar 9.400 unit kapal berbendera Indonesia dengan total kapasitas 11 juta DWT. Wing berharap, jumlah unit kapal tersebut bisa naik 6,38% tahun ini menjadi sekitar 10.000 unit kapal. "Artinya, kebutuhan untuk perbaikan kapal masih lebih tinggi ketimbang kapasitas industri perbaikan kapalnya. Sehingga peluang industri kapal masih cukup besar," ujarnya.
Peluang industri perkapalan yang cukup bagus ini rupanya dimanfaatkan oleh investor. Akhir tahun lalu saja, setidaknya ada enam investor yang berencana menanamkan investasinya di bidang perkapalan dengan nilai investasi sekitar Rp 11,7 triliun. Enam investor itu antara lain PT Nanindo Batam, PT Salam Pacific Indonesia Lines, PT Dok dan perkapalan Surabaya, PT Day
Tidak ada komentar:
Posting Komentar